Halo sobat Surya el Darma sekalian, pada kesempatan kali ini Surya akan membagikan hasil tugas kuliah Surya tentang analisis syair Arab, yaitu Syair Ritsa (kesedihan) dari Al-Khansa. Semoga bermanfaat dan jangan lupa komentarnya ya :)
Sinopsis dan
Terjemahan Syair Al-Khansa
Syair Ritsa’ ini merupakan murni karya Al-Khansa sendiri. Syair
ini terdiri dari 28 bait,
namun pada kajian ini kami hanya menganalisa 6
bait saja. Syair Ritsa ini berisi mengenai “Ratapan” sang penyair terhadap kematian Sakhr saudaranya, sekaligus menjadi pelajaran bagi seluruh umat manusia bahwa kematian akan menemui kita suatu saat nanti, dan mereka yang
kita cintai akan kembali pada sang
ilahi rabbi. Jika kita baca secara menyeluruh, makna yang terkandung dalam syair tersebut sungguh luar biasa, karena maknanya menyentuh hati pembaca. Syair ini merupakan syair ritsa dikenal dengan istilah elegi, yaitu sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa
duka atau keluh kesah karena sedih, rindu, atau murung, karena kematian saudaranya. Secara singkat, ritsa dalam sastra Arab diartikan sebagai syair ratapan. Syair ini biasanya digunakan sebagai ungkapan belasungkawa atas kejadian yang menyedihkan.
يا
عَينُ فِيضِى بدمعٍ منكِ
مِغْزار وابكى لصخر بدمعٍ
منك مدرارِ
Wahai mata, kucurkanlah air matamu dengan
deras
Tangisilah Sakhr dengan deraian air matamu
إنى أرِقْتُ
فبتُّ الليلَ
ساهرة كأنّما
كُحِلَتْ عَينى بعُوّار
Kutumpahkan (air mata) dan kulalui malam
tanpa tidur
Seakan-akan mataku bercelak kebutaan
أرْعى
النجومَ وما كلّفتُ
رِعْيَتَها وتارة
أتغشّى فضْلَ أطمارى
Kuawasi bintang-bintang, meski tak seharusnya
aku lakukan
Kadang (dengan) itu aku melupakan
semua kemalanganku
وقد
سمعتُ فلم أبهج به
خبرا مُخَبّرا
قام ينمى رجعَ أخبار
Aku telah mendengar berita itu yang semakin
berkembang cepat,
Dan aku tak senang mendengarnya
قال
ابنُ أمِّك ثاوٍ بالضريح
وقد سوّوا عليه
بألواحٍ وأحجارِ
Anak laki-laki ibumu berkata,
istirahatlah dalam kubur dan
Mereka telah meratakannya dengan papan dan
batu
Pergilah, Allah tidak akan pernah
menjauhkanmu dari laki-laki
Yang selalu membela orang yang tertindas
dan menuntut balas (dendam)
Analisis Matan
Makna dalam Syair Ar-Ritsa Karya Al-Khansa
1.
Analisis Makna
Kata
يا
عَينُ فِيضِى بدمعٍ منكِ
مِغْزار وابكى لصخر بدمعٍ
منك مدرارِ
يا
(Wahai) merupakan
ungkapan tuntutan atau pengharapan yang dilakukan oleh Al-Khansa, عَينُ
(mata) salah satu dari sekian banyak anggota tubuh yang diharapkan oleh
Al-Khansa, فِيضِى (kucurkanlah) lafazd fi’il amar yang
merupakan tuntutan terhadap matanya. بدمعٍ منكِ
(air matamu) sesuatu yang dihasilkan oleh mata karena
peristiwa yang menyedihkan atau mengharukan, مِغْزار
(dengan deras) keadaan air mata yang keluar karena
peristiwa sangat menyedihkan, وابكى
(Tangisilah) yaitu tuntutan atau perintah, لصخر (Sakhr) nama daripada
saudara Al-Khansa, (air matamu) sesuatu yang dihasilkan oleh mata karna
peristiwa yang menyedihkan atau mengharukan, مدرارِ (deraian) keaadan air
mata yang keluar secara terus menerus tanpa henti.
إنى أرِقْتُ
فبتُّ الليلَ
ساهرة كأنّما
كُحِلَتْ عَينى بعُوّار
إنى
(sesungguhnya
aku) merupakan
lafadz taukid yang dinyatakan oleh Al-Khansa, أرِقْتُ (Kutumpahkan) merupakan
ungkapan penyair sebagai aku, فبتُّ
(kulalui) yaitu perbuatan yang dilakukan oleh sang
penyair pada saat itu, الليلَ
(malam) peristiwa atau kalimat yang menujuki kepada
masa (zaman), ساهرة
(tanpa tidur) keadaan atau hal yang dilakukan oleh penyair
pada saat itu. كأنّما
(Seakan-akan) merupakan lafadz yang berandai-andai (pengharapan), عَينى (mataku) salah satu
anggota badan pada penyair yaitu Al-Khansa, كُحِلَتْ (bercelak) بعُوّار
( kebutaan) keadaan matanya yang disebabkan kesedihan.
أرْعى
النجومَ وما كلّفتُ
رِعْيَتَها وتارة
أتغشّى فضْلَ أطمارى
أرْعى (Kuawasi) ungkapan
tokoh aku yaitu Al-Khansa, النجومَ
(bintang-bintang) salah satu benda langit yang muncul hanya
pada malam hari, وما كلّفتُ رِعْيَتَها
(meski tak seharusnya aku lakukan) merupakan ungkapan penafian
(peniadaan) perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan oleh penyair yaitu
Al-Khansa. وتارة أتغشّ (Kadang (dengan) itu
aku melupakan) ini merupakan ungkapan penyair yang mrupakan
tokoh aku beranggapan dengan perbuatan yang dia lakukan dapat menghilangkan
kesedihannya, فضْلَ أطمارى (semua kemalanganku) ini salah
satu dari sekian banyak musibah yang menimpa si penyair.
وقد
سمعتُ فلم أبهج به خبرا مُخَبّرا
قام ينمى رجعَ أخبار
وقد سمعتُ (Aku telah mendengar) lafadz dari
pada fi’il madhi yang menunjuki kepada masa yang telah terjadi yaitu apa yang
didengarkan oleh penyair, خبرا (berita )kejadian
(peristiwa) yang menimpa saudara dari si penyair yaitu peristiwa kematian
Sakhr, فلم أبهج به
(dan aku tak senang mendengarnya) pada lafadz ini penyair tidak suka atau
senang mendengar kejadian yang menimpa saudaranya yang ditunjuki dengan adanya jazam,
مُخَبّرا
(pembawa
berita) ini merupakan bentuk lafadz isim fa’il yaitu
orang yang menyampaikn berita kematian saudaranya al-Khansa, قام ينمى رجعَ
أخبار (yang telah semakin
berkembang cepat), proses berita kematian yang menimpa Sakhr berkembang sangat cepat
sehingga sampai ke pendengar si penyair (al-Khansa).
قال
ابنُ أمِّك ثاوٍ بالضريح
وقد سوّوا عليه
بألواحٍ وأحجارِ
قال ابنُ أمِّك (Anak laki-laki ibumu berkata,
)pada kalimat ini penyair al-Khansa menjelaskan bahwa saudara kandung dari sakhr yang se-ibu
dengannya berkata padanya, ثاوٍ بالضريح (istirahatlah dalam kubur ) ungkapan tersebut
menunjukkan tempat dimana jasad si sakhr dikuburkan. Dan وقدسوّوا عليه (Mereka telah
meratakannya) قد
apabila dibarengi oleh lafadz fiil madhi maka bermakna sungguh telah
meratakan. بألواحٍ وأحجارِ (Dengan papan dan batu
) pada lafadz
ini menunjukkan pada kuburnya (sakhr) yang telah diratakan oleh papan-papan dan
batu-batu sebagaimana adat-istiadat ketika pemakaman dilakukan di tanah arab
pada masa itu hingga sekarang.
فاذهب
فلا يُبْعدنك الله من رجلٍ منَّاعِ
ضَيْمٍ وطلاّبٍ بأوتار
فاذهب (Pergilah) pada lafadz
ini menjelaskan bahwa saudara kandung Sakhr mencoba mengikhlaskan kepergian
Sakhr. فلا (maka tidak) pada lafadz
ini terdapat huruf (ف)
sebagai jawab syarat dari (ف)
sebelumnya, kemudian setelahnya terdapat juga huruf nafi (ل),
yang bermakna “tidak akan” يُبْعدنك الله(Allah
tidak akan pernah menjauhkanmu) pada lafadz ini menjelaskan bahwa saudara
laki-laki Sakhr mengatakan kepadanya bahwa Allah sangat mencintai pemuda. اللهini merupakan lafzatullah/lafadz jalalah,
yang menjelaskan bahwa Allahlah sang pencipta من رجلٍ(dari
laki-laki) pada lafadz ini menjelaskan bahwa saudaranya
al-Khansa si Sakhr seorang laki-laki yang tidak akan Allah menjauhinya karena
akhlaknya yang baik yang dijelaskan oleh kalimat setelahnya. منَّاعِ ضَيْمٍ
(Yang selalu membela orang yang tertindas) pada
kalimat ini menjelaskan bahwa semasa hidupnya Sakhr melakukan perbuatan yang
mulia yaitu menjaga kazaliman dengan membela orang-orang yang tertindas. وطلاّبٍ بأوتار
(dan menuntut balas dendam) dan pada teks ini menunjuki
kepada perbuatan mulia pula yang telah dilakukan oleh Sakhr semasa hidupnya
dengan ada (و)
sebagai ‘ataf dari kalimat sebelumnya.
2.
Analisis
Balaghah
Analisis
Balaghah
إنى أرِقْتُ
فبتُّ الليلَ
ساهرة كأنّما
كُحِلَتْ عَينى بعُوّار
Kutumpahkan (air mata) dan kulalui malam
tanpa tidur
Seakan-akan mataku bercelak kebutaan
Pada bait kedua ini mengandung makna majazi
yang terdiri dari adatut tasybih, musyabbah bihi, dan wajhu syabah.
Penyair al-Khansa’ meluapkan perasaan sedihnya akan kepergian saudaranya
sehingga ia merasa hidupnya telah
kelam,suram dan tiada lagi bermakna.
وقد
سمعتُ فلم أبهج به
خبرا مُخَبّرا
قام ينمى رجعَ أخبار
Aku telah
mendengar berita itu yang semakin berkembang cepat,
Dan aku tak
senang mendengarnya
Pada bait
diatas terdapat jinas ghairu at-tam
naqis yaitu antara kata خبرا dan أخبار. Kedua kata tersebut lafadznya hampir serupa
tapi berbeda maknanya, sehingga termasuk ke dalam kriteria jinas seperti
yang telah disebutkan diatas.
3.
Analisis Makna
Hikmah
a. Duka dalam hidup
Setiap
manusia akan melewati beberapa fase dalam kehidupan, salah satunya adalah suka
dan duka dalam hidup. Yang mana setiap rupa yang kita cintai baik itu sabahat,
keluarga, dan yang lainnya suatu waktu ia akan pergi. Oleh karena itu, kita
harus lebih banyak bersabar dalam melewati kehidupan ini.
b. Kematian
Setiap
manusia akan menemui ajalnya atau kematian. Karena ajal/mati merupakan janji
Allah dan itu pasti akan terjadi. Kendati demikian sepatutnya bagi kita harus
banyak bersabar ketika sosok yang kita cintai telah pergi jauh dari dunia ini.
Biarkan semua pergi tanpa sedih yang berkepanjangan sehingga menjadikan hidup
kita suram dan tiada bermakna.
c. Ikhlas
Setiap yang datang ia pasti akan pergi,
setiap yang hidup ia akan mati. Semua itu merupakan drama kehidupan yang telah
Allah atur dalam kuasanya untuk para manusia agar ia (Allah) bisa melihat
sejauh mana hambaNya mampu bersabar dan ikhlas dalam
menjalani kehidupan ini.
[1]
Abd al-Salam al-Haufi, Diwan al-Khansa, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah,
1985), h. 46
[2]
Fahmi
Sofyan, Ilmu Al-Balaghah At-Tathbiqi (Al-Bayan- Al-Ma’ani-Al-Badi’), (Banda
Aceh: Lhee Sagoe Press, 2015), h. 31
[3]
Fahmi Sofyan, Ilmu Al-Balaghah At-Tathbiqi
(Al-Bayan- Al-Ma’ani-Al-Badi’), (Banda Aceh: Lhee Sagoe Press, 2015), h.
166
3 comments:
sehhai
bagus ni tulisannya
sehhai
tulisan keren (y)
Post nya keren banget
Post a Comment