KESUSASTERAAN
AMERIKA
Kesusasteraan Amerika
berawal dari mitos-mitos, legenda, dongeng dan syair lagu kebudayaan kaum
Indian yang menyebar dari mulut ke mulut. Sebelum orang Eropa menginjakkan
kaki, kesusasteraan dalam bentuk tertulis tidak ada di Amerika Utara, walaupun
terdapat lebih dari 500 bahasa Indian yang berbeda. Suku-suku yang ada memegang
teguh kepercayaan mereka seperti menyembah dewa, hewan, tanaman, atau orang
suci. Sistem pemerintahannya beragam mulai dari yang demokratis, yang memakai
sistem dewan para tetua hingga yang teokrasi (keagamaan). Perbedaan adat ini
juga salah satu bagian dari kesusasteraan oral.
Namun masih bisa
dibuat beberapa penggolongan.
Cerita-cerita Indian, misalnya banyak dibumbui penghormatan kepada alam sebagai
induk spiritual dan fisik mereka. Yang tokoh utamanya bisa hewan atau tanaman,
seringkali totem yang dihubungkan dengan suku, kelompok, maupun individu.
Produk kesusasteraan modern yang paling dekat dengan semangat spiritual Indian
adalah “Over-Soul,” karya Ralph Waldo Emerson, yang transenden, yang meresapi
seluruh kehidupan.
Contoh-contoh dari
hampir seluruh genre oral ini dapat ditemui di kesusasteraan Indian Amerika
seperti syair, nyanyian, mitos, dongeng, anekdot, mantera, teka-teki,
peribahasa, syair kepahlawanan, dan legenda sejarah. Catatan tentang migrasi
dan nenek moyang banyak sekali. Demikian pula dengan gambar-gambar atau
lagu-lagu penyembuhan dan kisah-kisah bualan. Beberapa cerita tentang makhluk
juga terkenal. Salah satunya adalah cerita tentang seekor kura-kura yang menguasai
dunia. Cerita ini punya beragam versi, tergantung suku mana yang
menceritakannya. Itu sebabnya kaum Indian menamakan Amerika sebagai “Kepulauan
Kura-Kura.”
Tradisi oral Indian
dan hubungannya dengan kesusasteraan Amerika secara keseluruhan adalah salah
satu topik terkaya dan paling jarang dijamah. Sumbangan kaum Indian kepada
Amerika lebih besar dari yang banyak dianggap orang. Ratusan kosakata Indian
yang dipakai dalam Bahasa Inggris Amerika sehari-hari diantarnya canoe,
tobacco, potato, moccasin, moose, persimon, raccoon, tomahawk, dan totem.
Tulisan kontemporer Kaum Asli Amerika juga memuat karya cipta yang sangat
indah.
Bangsa Amerika di
masa “Dasawarsa 20-an yang Mengaum” jatuh cinta dengan hiburan modern lain.
Banyak orang pergi menonton film seminggu sekali. Walau pelarangan atas
produksi, pengiriman, dan penjualan alkohol yang dinyatakan dalam Amandemen
ke-18 Konstitusi Amerika Serikat dimulai 1919, bar penyedia minuman keras
ilegal dan klub malam tumbuh subur, menyajikan musik jazz, minuman koktil, dan
gaya busana serta dansa yang berani. Berdansa, menonton film, tur bermobil, dan
radio adalah gaya nasional. Wanita Amerika, khususnya, mereka terbebaskan.
Banyak yang meninggalkan peternakan dan desa untuk mengerjakan pekerjaan sipil
pada saat perang di kota-kota di Amerika selama Perang Dunia I, dan menjadi
benar-benar modern. Mereka memotong rambut mereka jadi pendek, mengenakan baju
“bergelombang” pendek, dan berjaya pada saat hak memilih dipastikan oleh
Amandemen ke-19 pada Konstitusi yang dikeluarkan
pada tahun 1920. Mereka dengan berani mengungkapkan pendapat mereka dan
mendapat tempat publik di lingkungan masyarakat.
Kaum muda barat
memberontak, marah, dan mengalami kekecewaan karena perang yang kejam, mereka
bertanggung jawab atas generasi yang lebih tua, dan kondisi ekonomi pasca
perang yang sulit tapi ironisnya membuat orang-orang Amerika yang memiliki
dolar dapat hidup di luar negeri dengan nyaman walau uang mereka sangat
sedikit. Walau ada kegembiraan lahiriah, modernitas, dan kemakmuran materi yang
tak terhingga, orang-orang muda di Amerika dasawarsa 1920-an adalah generasi
yang hilang. Tanpa nilai struktur tradisional dan stabil, seorang individu
kehilangan identitas dirinya. Kehidupan keluarga yang aman dan suportif,
komunitas mapan dan dikenal, irama alam yang alami dan abadi yang membimbing
penanaman dan panen pertanian, jiwa patriotik yang terpelihara, nilai-nilai
moral yang timbul karena kepercayaan dan pengamatan religius, semua terlihat
diremehkan oleh Perang Dunia I dan akibatnya.
Depresi dunia pada
dasawarsa 1930-an berdampak pada hampir seluruh penduduk Amerika Serikat. Para
pegawai kehilangan pekerjaan mereka, dan pabrik-pabrik tutup karena petani tak
bisa memanen, mengirim, atau menjual hasil panen mereka, tak dapat membayar
hutang mereka dan kehilangan peternakan mereka. Kemarau panjang di Bagian Barat
Tengah mengubah “lumbung” Amerika menjadi mangkuk abu. Banyak petani yang
meninggalkan Bagian Barat Tengah pergi ke California untuk mencari kerja, yang
dengan jelas digambarkan oleh John Steinbeck dalam The Grapes of Wrath
(1939). Pada puncak depresi, sepertiga dari penduduk Amerika kehilangan
pekerjaan. Dapur umum, gubuk-gubuk yang memenuhi kota, pasukan pencari kerja
yang berkeliling menjadi bagian dari kehidupan nasional. Banyak yang
berpendapat bahwa depresi adalah hukuman karena materialisme yang berlebihan
dan cara hidup yang seenaknya. Mereka percaya badai debu yang menggelapkan
langit Bagian Barat Tengah, merupakan sebuah pembalasan dari Perjanjian
Lama:”angin puyuh di siang hari dan kegelapan di malam hari.”
Depresi
memutarbalikkan dunia. Amerika Serikat telah melontarkan sejumlah doktrin
bisnis pada dasawarsa 1920-an. Sekarang banyak orang Amerika yang mendukung
peranan lebih aktif untuk pemerintah dalam program New Deal dari Presiden
Franklin D. Roosevelt. Uang federal menghasilkan pekerjaan di bidang pekerjaan
publik, konservasi, dan pemasangan listrik di pedesaan. Seniman dan para
intelektual dibayar untuk membuat mural (gambar/lukisan dinding) dan buku
pegangan negara. Jalan keluar ini membantu, tetapi hanya peningkatan industri
Perang Dunia II yang kembali meraih kemakmuran.
Dulu budaya elit
mempengaruhi budaya populer lewat status dan contoh tetapi sekarang
kebalikannya. Novelis serius seperti Thomas Pynchon, Joyce Carol Oates, Kurt
Vonnegut, Alice Walker, dan E.L. Doctorow telah meminjam dan mengomentari
komik, film, gaya busana, lagu, dan sejarah oral.
Seperti paruh pertama
abad ke-20, fiksi pada paruh kedua mencerminkan karakter tiap dasawarsa. Akhir
dasawarsa 1940-an menjadi saksi akibat dari Perang Dunia II dan awal Perang
Dingin.
Pada dasawarsa
1940-an para penulis yang tak terduga datangnya tumbuh subur, termasuk
penyair-novelis-penulis esai Robert Penn Warren, penulis drama Arthur Miller
dan Tennessee Williams, dan penulis cerita pendek Katherine Anne Porter dan
Eudora Welty. Semuanya, kecuali Miller, berasal dari Selatan. Semua menggali
nasib individu dalam keluarga atau komunitas dan terpusat pada keseimbangan
antara pertumbuhan personal dan tanggung jawab kepada kelompok.
Pada pertengahan
dekade 1970-an, dimulai suatu era konsolidasi. Konflik Vietnam telah berakhir,
yang segera diikuti dengan pengakuan Amerika Serikat terhadap Republik Rakyat
Cina, dan perayaan dua abad Amerika Serikat. Segera kemudian muncul dekade
1980-an dimana para individu cenderung lebih memusatkan diri pada hal-hal
pribadi daripada isu-isu sosial yang lebih besar.
Kesusasteraan Amerika
telah menapaki jalan panjang dan berliku dari jaman kolonial hingga jaman
kontemporer. Lingkungan, sejarah, teknologi, semua telah mempengaruhi dunia
ini. Tentu saja, tetap ada yang sama yakni kemanusiaan dengan segala pesonanya
dan kecerdikannya, tradisinya serta janjinya.
0 comments:
Post a Comment