Pengertian Dialek Bahasa Arab
Menurut Weijen, dkk
yang dikutip oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1983), dialek adalah
sistem kebahasaan yang dipergunakan oleh satu masyarakat untuk membedakan dari
masyarakat lain. Istilah dialek atau lahjat (dalam bahasa Arab) berasal dari
bahasa Yunani disebut dialektos yang berarti varian dari sebuah
bahasa menurut pemakai. Pemberian dialek berdasarkan faktor geografis dan
sosial serta latar belakang pendidikan.
Dialek (اللهجات) menurut para ahli bahasa Arab adalah bahasa dan huruf yang
digunakan oleh sekelompok orang dalam rumpun tertentu yang menyebabkan adanya
perbedaan ucapan bahkan bacaan antara satu dengan yang lainnya.
Lahjah
adalah variasi bahasa berdasarkan pemakainya, dengan kata lain lahjah (dialek)
merupakan bahasa yang biasa digunakan oleh pemakainya, yang pada dasarnya
tergantung pada siapa pemakainya itu; darimana pemakainya berasal, baik secara
geografis dalam hal dialek regional, ataupun secara sosial dalam kaitannya
dengan dialek sosial. Variasi yang dimaksud disini adalah berbeda
satu sama lain, tetapi masih banyak menunjukkan kemiripan sehingga belum pantas
disebut bahasa yang berbeda.
Bahasa resmi
orang Arab adalah Bahasa Arab. Namun mereka mempunyai dialek
yang berbeda. Orang awam Yaman membaca/mengucapkan huruf jîm dengan
G (Jamal: Gamal), sebagian lagi di antara mereka mengucapkan sa atau saufa dengan bâ. Suku Himyar mengucapkan al dengan am.
Madrasah Lughah Arab terdapat di Basrah dan Kufah.
Dialek
dibedakan berdasarkan kosa kata, tata bahasa, dan pengucapan. Jika perbedaannya
hanya berdasarkan pengucapan, maka disebut aksen. Dapat disimpulkan
bahwa dialek adalah variasi bahasa yang berbeda-beda dari sekelompok
penutur/pemakai yang berbeda dengan kelompok penutur lain berdasarkan
atas letak geografis, faktor sosial, kurun waktu tertentu dan lain-lain. Ilmu
yang mempelajari dialek disebut dialektologi yaitu bidang studi
yang bekerja dalam memetakan batas dialek dari suatu bahasa.
Faktor-Faktor Terbentuknya Dialek Bahasa Arab
Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan dialek dalam bahasa Arab.
Faktor-faktor tersebut diantaranya:
1. Perbedaan
lingkungan geografis. Keadaan geografis suatu daerah atau lingkungan akan
berpengaruh kepada penduduknya secara jasmani, perilaku, dan psikologi. Hal ini
pun berpengaruh kepada indera pengucapan dan cara berbicara.
2. Keberagaman
kondisi sosial. Setiap kelompok masyarakat mempunyai hukum, undang-undang,
adat, dan etika tersendiri. Hal ini berpengaruh terhadap cara mereka dalam
membina komunikasi antar anggota kelompok atau antar anggota masyarakat
tersebut. Kemudian dalam suatu kelompok masyarakat akan ditemui tingkatan
masyarakat mulai dari eristokrat dan pejabat, pekerja pabrik, pertanian, dan
perdagangan yang menyebabkan perbedaan dalam penggunaan bahasa dan melahirkan
lahjah-lahjah tertentu.
3. Insting
komunikasi manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan pertolongan
orang lain, maka mereka saling bertukar manfaat dan saling membutuhkan
satu sama lainnya. Untuk mencapai hal tersebut mereka membutuhkan gaya
tersendiri dalam menyampaikan maksud mereka. Sehingga bagi para pendatang
mereka dituntut untuk menguasai bahasa dan dialek bahasa penduduk asli untuk
saling berkomunikasi.
4. Faktor
budaya. Budaya suatu bangsa atau masyarakat akan sangat mempengaruhi dialek
yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.
5. Sejarah.
Faktor sejarah yang melatarbelakangi kehidupan suatu masyarakat akan ikut
mempengaruhi penggunaan dialek yang mereka miliki. Hal ini karena sejarah dalam
perjalanannya secara kurun waktu tertentu telah membentuk kebiasaan suatu
masyarakat termasuk dalam hal lahjah.
6. Politik,
ekonomi, dan kekuasaan. Hal ini berarti kaum manapun yang saat itu berkuasa
maka lahjah merekalah yang akan dijadikan patokan.
Macam-Macam
Dialek Bahasa Arab
Sebagaimana
bahasa-bahasa pada umumnya, bahasa Arab juga mempunyai dialek-dialek geografis
diluar bahasa Arab klasik atau Qurani dan Arab Baku. Dialek-dialek ini tersebar
dari tepi Samudera Atlantik hingga Pedalaman Balkh, Afghanistan. Selain itu ada
juga dialek Arab yang sudah punah, yakni Arab Sicilia (sampai abad ke-11) dan Arab
Andalusia (sampai abad ke-15). Disamping itu ada dialek Arab yang kemudian
berkembang menjadi bahasa terpisah karena faktor sejarah dan politik seperti
Malta.
Macam-macam
lahjah (dialek) utama di Arab antara antara lain :
a)
Dialek Mesir (مصرى) : dipakai oleh sekitar 76
juta rakyat Mesir.
b)
Dialek Magribi (مغربى) : dipakai oleh
sekitar 20 juta rakyat Afrika Utara.
c)
Dialek Levantine : disebut juga dialek
Syam. Dipakai di Syiria, Palestina, Libanon dan gereja Maronit Siprus.
d)
Dialek Iraq (عراقى) : mempunyai
perbedaan khusus, yaitu perbedaan dialek di Utara dan Selatan Iraq.
f)
Dialek Teluk (خليجي) : Dipakai di
daerah Teluk, yaitu di Qatar, Uni Emirat Arab dan Saudi Arabia.
Diantara
lahjah (dialek) yang sering digunakan sebagai berikut :
a) Thamthamaniah
Humair ( طمطمانية)
Thamthamaniah
adalah bahasa sebagian kabilah arab dimana huruf Alif Lam Ta’rif ( أل) diganti dengan Alif dan Mim ( أم) yang dalam
pengucapannya lebih condong ke huruf Mim, contohnya kata matahari dan bulan
mereka menyebutnya (امشمس ) (امقمر ). Atsa’aliby
mengatakan bahwa thamthamaniah ini adalah bahasanya kabilah Humair. Dalam hadis
Abu Hurairah diriwayatkan bahwa ia telah datang menghadap Usman ra, dan Usman
pun berkata: Peperangan telah selesai (الآن
طاب امضرب)
asli dari kalimat tersebut adalah (طاب
الضرب)
Dimana alif lam ta’rif diganti dengan Mim, dan menurutnya ini adalah bahasa
sebagian orang Yaman.
Menurut
Hariri, orang-orang Humair menggantikan Alif lam ta’rif dengan Alif dan mim
dalam bahasa mereka seperti, طاب
امضرب dalam
sebuah hadis diriwayatkan oleh Namr bin Thualub, bahwa Rasulullah SAW bersabda
: (ليس من امبر امصيام في امسفر) tiada kebaikan
berpuasa dalam perjalanan (musafir). Diriwayatkan oleh Tsa’lab dari Al Akhfasy
bahwa thamthamaniah adalah bahasanya suku Azad dimana mereka menggantikan alif
lam ta’rif dengan alif dan mim.
b) Kasykasya
(الكشكشه)
Yaitu
menggantikan Kaf (كاف) dengan Syin (شينا) contohnya kata (bapakmu= أبوك) dibaca menjadi (أبوش). Dan juga dalam syair Ibnu AL A’rabi (فعيناش
عيناها وجيدش جيدها ولكن عظم الساق منش دقيق) Ini adalah sebagian bahasa dari orang arab termasuk Mesir
diama kata Ma Alaika dibaca Ma Alaiysy. contoh lain kata Laka (لك ) dibaca Lesy (لش ).
c) Kaskasah
(الكسكسه)
Kaskasah
ini menyerupai Kasykasya yaitu menambahkan huruf Sin (سينا) setelah Kaf Mukhathab
(الكاف) untuk menunjukkan terhadap Muannats (feminal), contohnya kata
(memberi) (أعطيتك) dibaca ( أعطيتكس) dan (أكرمتك) dibaca (أكرمتكس). Ataupun sama
halnya dengan Kasykasya yaitu dengan menggantikan Kaf Mukhathab dengan Sin,
contohnya pada kata bapak dan ibu (أبوك) dibaca (أبوس) dan (أمك) dibaca (أمس).
d) Istintha
(الاستنطاء )
Yaitu
menggantikan huruf Ain (العين) yang di sukun
dengan huruf Nun (نونا) dan setelahnya adalah huruf Tha (الطاء), contohnya kata (أعطى) dibaca (أنطى), dan dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Hasan dan Thalha ra
juga selain mereka membaca ayat Al Kautsar dengan Istintha (إنا أنطيناك الكوثر) dan juga terdapat dalam hadis Rasulullah tentang Doa yaitu
sabdanya : (لامانع لما انطيت ولا منطي لما
منع).
e) Khalkhaniah
(اللخلخانيه )
Yaitu memperpendek atau meringkas Harakat (baris) serta
meringankan tekanan pada harakah tasydid, contohnya kata (كأنك) diringkas menjadi (كنك) dan kata (ما شاء الله) menjadi (ما شا الله).
f) Tashil
(التسهيل )
Yaitu
membuang huruf Hamzah (الهمزة) agar lebih mempermudah
ucapan, contohnya pada kata sumur dan gelas ( بئر) dibaca ( بير) dan (كأس) dibaca ( كاس) tanpa penulisan
dan penyebutan huruf hamzah.
g) Ar
Raswu (الرسو )
Yaitu
menggantikan huruf Sin (السين ) atau Zai (الزاي) dengan huruf Shad (الصاد) atau sebaliknya,
contohnya (سلطان) menjadi (صلطان), (أسطوره) menjadi (أصطوره ). dan bacaan
ini sangat ma’ruf (terkenal) serta diakui keberadaanya oleh pakar bahasa.
h) Tanwin
Nagham ( تنوين النغم )
Yaitu
menggantikan Ta ta’nis (تاء التأنيث) dengan Nun Sukun
(نونا ساكنه) untuk melagukan kata, contoh, kata (زانت) dibaca (زانن), dan (بدت) dibaca (بدن).
i)
Kata Ibir mengganti
kata Ibn ((ابر) بدلا عن (ابن))
Yaitu
mengganti kata Ibn dengan kata Ibir, contohnya ( محمد
بر علي).