Pages

Tuesday, April 26, 2016

Pengertian Dialek Bahasa Arab, Faktor Terbentuknya Bahasa Dialek Bahasa Arab dan Macam-Macam Dialek Bahasa Arab

             Pengertian Dialek Bahasa Arab
Menurut Weijen, dkk yang dikutip oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1983), dialek adalah sistem kebahasaan yang dipergunakan oleh satu masyarakat untuk membedakan dari masyarakat lain. Istilah dialek atau lahjat (dalam bahasa Arab) berasal dari bahasa Yunani disebut dialektos yang berarti varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Pemberian dialek berdasarkan faktor geografis dan sosial serta latar belakang pendidikan.
Dialek (اللهجات) menurut para ahli bahasa Arab adalah bahasa dan huruf yang digunakan oleh sekelompok orang dalam rumpun tertentu yang menyebabkan adanya perbedaan ucapan bahkan bacaan antara satu dengan yang lainnya.
Lahjah adalah variasi bahasa berdasarkan pemakainya, dengan kata lain lahjah (dialek) merupakan bahasa yang biasa digunakan oleh pemakainya, yang pada dasarnya tergantung pada siapa pemakainya itu; darimana pemakainya berasal, baik secara geografis dalam hal dialek regional, ataupun secara sosial dalam kaitannya dengan dialek sosial. Variasi yang dimaksud disini adalah berbeda satu sama lain, tetapi masih banyak menunjukkan kemiripan sehingga belum pantas disebut bahasa yang berbeda.
Bahasa resmi orang Arab adalah Bahasa Arab. Namun mereka mempunyai dialek yang berbeda. Orang awam Yaman membaca/mengucapkan huruf jîm dengan G (Jamal: Gamal), sebagian lagi di antara mereka mengucapkan sa atau saufa dengan bâ. Suku Himyar mengucapkan al dengan am. Madrasah Lughah Arab terdapat di Basrah dan Kufah.
Dialek dibedakan berdasarkan kosa kata, tata bahasa, dan pengucapan. Jika perbedaannya hanya berdasarkan pengucapan, maka disebut aksen. Dapat disimpulkan bahwa dialek adalah variasi bahasa yang berbeda-beda dari sekelompok penutur/pemakai yang berbeda dengan kelompok  penutur lain berdasarkan atas letak geografis, faktor sosial, kurun waktu tertentu dan lain-lain. Ilmu yang mempelajari dialek disebut dialektologi yaitu  bidang studi yang bekerja dalam memetakan batas dialek dari suatu bahasa.

      Faktor-Faktor Terbentuknya Dialek Bahasa Arab
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan dialek dalam bahasa Arab. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
1.      Perbedaan lingkungan geografis. Keadaan geografis suatu daerah atau lingkungan akan berpengaruh kepada penduduknya secara jasmani, perilaku, dan psikologi. Hal ini pun berpengaruh kepada indera pengucapan dan cara berbicara.
2.      Keberagaman kondisi sosial. Setiap kelompok masyarakat mempunyai hukum, undang-undang, adat, dan etika tersendiri. Hal ini berpengaruh terhadap cara mereka dalam membina komunikasi antar anggota kelompok atau antar anggota masyarakat tersebut. Kemudian dalam suatu kelompok masyarakat akan ditemui tingkatan masyarakat mulai dari eristokrat dan pejabat, pekerja pabrik, pertanian, dan perdagangan yang menyebabkan perbedaan dalam penggunaan bahasa dan melahirkan lahjah-lahjah tertentu.
3.      Insting komunikasi manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan pertolongan orang lain, maka mereka saling bertukar manfaat dan saling membutuhkan satu sama lainnya. Untuk mencapai hal tersebut mereka membutuhkan gaya tersendiri dalam menyampaikan maksud mereka. Sehingga bagi para pendatang mereka dituntut untuk menguasai bahasa dan dialek bahasa penduduk asli untuk saling berkomunikasi.
4.      Faktor budaya. Budaya suatu bangsa atau masyarakat akan sangat mempengaruhi dialek yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.
5.      Sejarah. Faktor sejarah yang melatarbelakangi kehidupan suatu masyarakat akan ikut mempengaruhi penggunaan dialek yang mereka miliki. Hal ini karena sejarah dalam perjalanannya secara kurun waktu tertentu telah membentuk kebiasaan suatu masyarakat termasuk dalam hal lahjah.
6.      Politik, ekonomi, dan kekuasaan. Hal ini berarti kaum manapun yang saat itu berkuasa maka lahjah merekalah yang akan dijadikan patokan.

 Macam-Macam Dialek Bahasa Arab
Sebagaimana bahasa-bahasa pada umumnya, bahasa Arab juga mempunyai dialek-dialek geografis diluar bahasa Arab klasik atau Qurani dan Arab Baku. Dialek-dialek ini tersebar dari tepi Samudera Atlantik hingga Pedalaman Balkh, Afghanistan. Selain itu ada juga dialek Arab yang sudah punah, yakni Arab Sicilia (sampai abad ke-11) dan Arab Andalusia (sampai abad ke-15). Disamping itu ada dialek Arab yang kemudian berkembang menjadi bahasa terpisah karena faktor sejarah dan politik seperti Malta.
Macam-macam lahjah (dialek) utama di Arab antara antara lain :
a)      Dialek Mesir (مصرى)  : dipakai oleh sekitar 76 juta rakyat Mesir.
b)      Dialek Magribi (مغربى) : dipakai oleh sekitar 20 juta rakyat Afrika Utara.
c)      Dialek Levantine : disebut juga dialek Syam. Dipakai di Syiria, Palestina, Libanon dan gereja Maronit Siprus.
d)     Dialek Iraq (عراقى) : mempunyai perbedaan khusus, yaitu perbedaan dialek di Utara dan Selatan Iraq.
e)      Dialek Arab Timur (بحرينى) : Dipakai di Oman, di Arab Saudi dan di Irak bagian Barat.
f)       Dialek Teluk (خليجي) : Dipakai di daerah Teluk, yaitu di Qatar, Uni Emirat Arab dan Saudi Arabia.
g)      Hassānīya (حساني ) : Dipakai di Mauritania dan Sahara Barat.
h)      Dialek Sudan (سوداني) : Dipakai di Sudan dan Chad.
i)        Dialek Hijazi (حجازي) : Dipakai di daerah barat dan utara Arab Saudi dan timur Yordania.
j)        Dialek Najd (نجدي) : Dipakai di NajdArab Saudi.
k)      Dialek Yamani (يمني) : Dipakai di Yaman.
l)        Dialek Andalus (أندلسي) : Dipakai di Andalus sampai abad ke-17.
m)    Dialek Sisilia (سقلي) : Dipakai di Sisilia.
Diantara lahjah (dialek) yang sering digunakan sebagai berikut :
a)      Thamthamaniah Humair ( طمطمانية)
Thamthamaniah adalah bahasa sebagian kabilah arab dimana huruf Alif Lam Ta’rif ( أل) diganti dengan Alif dan Mim ( أم) yang dalam pengucapannya lebih condong ke huruf Mim, contohnya kata matahari dan bulan mereka menyebutnya (امشمس ) (امقمر ). Atsa’aliby mengatakan bahwa thamthamaniah ini adalah bahasanya kabilah Humair. Dalam hadis Abu Hurairah diriwayatkan bahwa ia telah datang menghadap Usman ra, dan Usman pun berkata: Peperangan telah selesai (الآن طاب امضرب) asli dari kalimat tersebut adalah (طاب الضرب) Dimana alif lam ta’rif diganti dengan Mim, dan menurutnya ini adalah bahasa sebagian orang Yaman.
Menurut Hariri, orang-orang Humair menggantikan Alif lam ta’rif dengan Alif dan mim dalam bahasa mereka seperti, طاب امضرب dalam sebuah hadis diriwayatkan oleh Namr bin Thualub, bahwa Rasulullah SAW bersabda : (ليس من امبر امصيام في امسفر) tiada kebaikan berpuasa dalam perjalanan (musafir). Diriwayatkan oleh Tsa’lab dari Al Akhfasy bahwa thamthamaniah adalah bahasanya suku Azad dimana mereka menggantikan alif lam ta’rif dengan alif dan mim.
b)      Kasykasya (الكشكشه)
Yaitu menggantikan Kaf (كاف) dengan Syin (شينا) contohnya kata (bapakmu= أبوك) dibaca menjadi (أبوش). Dan juga dalam syair Ibnu AL A’rabi (فعيناش عيناها وجيدش جيدها ولكن عظم الساق منش دقيق) Ini adalah sebagian bahasa dari orang arab termasuk Mesir diama kata Ma Alaika dibaca Ma Alaiysy. contoh lain kata Laka (لك ) dibaca Lesy (لش ).
c)      Kaskasah (الكسكسه)
Kaskasah ini menyerupai Kasykasya yaitu menambahkan huruf Sin (سينا) setelah Kaf Mukhathab (الكاف) untuk menunjukkan terhadap Muannats (feminal), contohnya kata (memberi) (أعطيتك) dibaca ( أعطيتكس) dan (أكرمتك) dibaca (أكرمتكس). Ataupun sama halnya dengan Kasykasya yaitu dengan menggantikan Kaf Mukhathab dengan Sin, contohnya pada kata bapak dan ibu (أبوك) dibaca (أبوس) dan (أمك) dibaca (أمس).
d)     Istintha (الاستنطاء  )
Yaitu menggantikan huruf Ain (العين) yang di sukun dengan huruf Nun (نونا) dan setelahnya adalah huruf Tha (الطاء), contohnya kata (أعطى) dibaca (أنطى), dan dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Hasan dan Thalha ra juga selain mereka membaca ayat Al Kautsar dengan Istintha (إنا أنطيناك الكوثر) dan juga terdapat dalam hadis Rasulullah tentang Doa yaitu sabdanya : (لامانع لما انطيت ولا منطي لما منع).
e)      Khalkhaniah (اللخلخانيه )
Yaitu memperpendek atau meringkas Harakat (baris) serta meringankan tekanan pada harakah tasydid, contohnya kata (كأنك) diringkas menjadi (كنك) dan kata (ما شاء الله) menjadi (ما شا الله).
f)       Tashil (التسهيل )
Yaitu membuang huruf Hamzah (الهمزة) agar lebih mempermudah ucapan, contohnya pada kata sumur dan gelas ( بئر) dibaca ( بير) dan (كأس) dibaca ( كاس) tanpa penulisan dan penyebutan huruf hamzah.
g)      Ar Raswu (الرسو )
Yaitu menggantikan huruf Sin (السين ) atau Zai (الزاي) dengan huruf Shad (الصاد) atau sebaliknya, contohnya (سلطان) menjadi (صلطان), (أسطوره) menjadi (أصطوره ). dan bacaan ini sangat ma’ruf (terkenal) serta diakui keberadaanya oleh pakar bahasa.
h)      Tanwin Nagham ( تنوين النغم )
Yaitu menggantikan Ta ta’nis (تاء التأنيث) dengan Nun Sukun (نونا ساكنه) untuk melagukan kata, contoh, kata (زانت) dibaca (زانن), dan (بدت) dibaca (بدن).
i)        Kata Ibir mengganti kata Ibn ((ابر) بدلا عن (ابن))

Yaitu mengganti kata Ibn dengan kata Ibir, contohnya ( محمد بر علي).

Monday, April 25, 2016

Kesusasteraan Amerika

NAMA   : SURYA DARMA
NIM       : 521303147 
KESUSASTERAAN AMERIKA

            Kesusasteraan Amerika berawal dari mitos-mitos, legenda, dongeng dan syair lagu kebudayaan kaum Indian yang menyebar dari mulut ke mulut. Sebelum orang Eropa menginjakkan kaki, kesusasteraan dalam bentuk tertulis tidak ada di Amerika Utara, walaupun terdapat lebih dari 500 bahasa Indian yang berbeda. Suku-suku yang ada memegang teguh kepercayaan mereka seperti menyembah dewa, hewan, tanaman, atau orang suci. Sistem pemerintahannya beragam mulai dari yang demokratis, yang memakai sistem dewan para tetua hingga yang teokrasi (keagamaan). Perbedaan adat ini juga salah satu bagian dari kesusasteraan oral.
            Namun masih bisa dibuat  beberapa penggolongan. Cerita-cerita Indian, misalnya banyak dibumbui penghormatan kepada alam sebagai induk spiritual dan fisik mereka. Yang tokoh utamanya bisa hewan atau tanaman, seringkali totem yang dihubungkan dengan suku, kelompok, maupun individu. Produk kesusasteraan modern yang paling dekat dengan semangat spiritual Indian adalah “Over-Soul,” karya Ralph Waldo Emerson, yang transenden, yang meresapi seluruh kehidupan.
            Contoh-contoh dari hampir seluruh genre oral ini dapat ditemui di kesusasteraan Indian Amerika seperti syair, nyanyian, mitos, dongeng, anekdot, mantera, teka-teki, peribahasa, syair kepahlawanan, dan legenda sejarah. Catatan tentang migrasi dan nenek moyang banyak sekali. Demikian pula dengan gambar-gambar atau lagu-lagu penyembuhan dan kisah-kisah bualan. Beberapa cerita tentang makhluk juga terkenal. Salah satunya adalah cerita tentang seekor kura-kura yang menguasai dunia. Cerita ini punya beragam versi, tergantung suku mana yang menceritakannya. Itu sebabnya kaum Indian menamakan Amerika sebagai “Kepulauan Kura-Kura.”
            Tradisi oral Indian dan hubungannya dengan kesusasteraan Amerika secara keseluruhan adalah salah satu topik terkaya dan paling jarang dijamah. Sumbangan kaum Indian kepada Amerika lebih besar dari yang banyak dianggap orang. Ratusan kosakata Indian yang dipakai dalam Bahasa Inggris Amerika sehari-hari diantarnya canoe, tobacco, potato, moccasin, moose, persimon, raccoon, tomahawk, dan totem. Tulisan kontemporer Kaum Asli Amerika juga memuat karya cipta yang sangat indah.
            Bangsa Amerika di masa “Dasawarsa 20-an yang Mengaum” jatuh cinta dengan hiburan modern lain. Banyak orang pergi menonton film seminggu sekali. Walau pelarangan atas produksi, pengiriman, dan penjualan alkohol yang dinyatakan dalam Amandemen ke-18 Konstitusi Amerika Serikat dimulai 1919, bar penyedia minuman keras ilegal dan klub malam tumbuh subur, menyajikan musik jazz, minuman koktil, dan gaya busana serta dansa yang berani. Berdansa, menonton film, tur bermobil, dan radio adalah gaya nasional. Wanita Amerika, khususnya, mereka terbebaskan. Banyak yang meninggalkan peternakan dan desa untuk mengerjakan pekerjaan sipil pada saat perang di kota-kota di Amerika selama Perang Dunia I, dan menjadi benar-benar modern. Mereka memotong rambut mereka jadi pendek, mengenakan baju “bergelombang” pendek, dan berjaya pada saat hak memilih dipastikan oleh Amandemen  ke-19 pada Konstitusi yang dikeluarkan pada tahun 1920. Mereka dengan berani mengungkapkan pendapat mereka dan mendapat tempat publik di lingkungan masyarakat.
            Kaum muda barat memberontak, marah, dan mengalami kekecewaan karena perang yang kejam, mereka bertanggung jawab atas generasi yang lebih tua, dan kondisi ekonomi pasca perang yang sulit tapi ironisnya membuat orang-orang Amerika yang memiliki dolar dapat hidup di luar negeri dengan nyaman walau uang mereka sangat sedikit. Walau ada kegembiraan lahiriah, modernitas, dan kemakmuran materi yang tak terhingga, orang-orang muda di Amerika dasawarsa 1920-an adalah generasi yang hilang. Tanpa nilai struktur tradisional dan stabil, seorang individu kehilangan identitas dirinya. Kehidupan keluarga yang aman dan suportif, komunitas mapan dan dikenal, irama alam yang alami dan abadi yang membimbing penanaman dan panen pertanian, jiwa patriotik yang terpelihara, nilai-nilai moral yang timbul karena kepercayaan dan pengamatan religius, semua terlihat diremehkan oleh Perang Dunia I dan akibatnya.
            Depresi dunia pada dasawarsa 1930-an berdampak pada hampir seluruh penduduk Amerika Serikat. Para pegawai kehilangan pekerjaan mereka, dan pabrik-pabrik tutup karena petani tak bisa memanen, mengirim, atau menjual hasil panen mereka, tak dapat membayar hutang mereka dan kehilangan peternakan mereka. Kemarau panjang di Bagian Barat Tengah mengubah “lumbung” Amerika menjadi mangkuk abu. Banyak petani yang meninggalkan Bagian Barat Tengah pergi ke California untuk mencari kerja, yang dengan jelas digambarkan oleh John Steinbeck dalam The Grapes of Wrath (1939). Pada puncak depresi, sepertiga dari penduduk Amerika kehilangan pekerjaan. Dapur umum, gubuk-gubuk yang memenuhi kota, pasukan pencari kerja yang berkeliling menjadi bagian dari kehidupan nasional. Banyak yang berpendapat bahwa depresi adalah hukuman karena materialisme yang berlebihan dan cara hidup yang seenaknya. Mereka percaya badai debu yang menggelapkan langit Bagian Barat Tengah, merupakan sebuah pembalasan dari Perjanjian Lama:”angin puyuh di siang hari dan kegelapan di malam hari.”
            Depresi memutarbalikkan dunia. Amerika Serikat telah melontarkan sejumlah doktrin bisnis pada dasawarsa 1920-an. Sekarang banyak orang Amerika yang mendukung peranan lebih aktif untuk pemerintah dalam program New Deal dari Presiden Franklin D. Roosevelt. Uang federal menghasilkan pekerjaan di bidang pekerjaan publik, konservasi, dan pemasangan listrik di pedesaan. Seniman dan para intelektual dibayar untuk membuat mural (gambar/lukisan dinding) dan buku pegangan negara. Jalan keluar ini membantu, tetapi hanya peningkatan industri Perang Dunia II yang kembali meraih kemakmuran.
            Dulu budaya elit mempengaruhi budaya populer lewat status dan contoh tetapi sekarang kebalikannya. Novelis serius seperti Thomas Pynchon, Joyce Carol Oates, Kurt Vonnegut, Alice Walker, dan E.L. Doctorow telah meminjam dan mengomentari komik, film, gaya busana, lagu, dan sejarah oral.
            Seperti paruh pertama abad ke-20, fiksi pada paruh kedua mencerminkan karakter tiap dasawarsa. Akhir dasawarsa 1940-an menjadi saksi akibat dari Perang Dunia II dan awal Perang Dingin.
            Pada dasawarsa 1940-an para penulis yang tak terduga datangnya tumbuh subur, termasuk penyair-novelis-penulis esai Robert Penn Warren, penulis drama Arthur Miller dan Tennessee Williams, dan penulis cerita pendek Katherine Anne Porter dan Eudora Welty. Semuanya, kecuali Miller, berasal dari Selatan. Semua menggali nasib individu dalam keluarga atau komunitas dan terpusat pada keseimbangan antara pertumbuhan personal dan tanggung jawab kepada kelompok.
            Pada pertengahan dekade 1970-an, dimulai suatu era konsolidasi. Konflik Vietnam telah berakhir, yang segera diikuti dengan pengakuan Amerika Serikat terhadap Republik Rakyat Cina, dan perayaan dua abad Amerika Serikat. Segera kemudian muncul dekade 1980-an dimana para individu cenderung lebih memusatkan diri pada hal-hal pribadi daripada isu-isu sosial yang lebih besar.

            Kesusasteraan Amerika telah menapaki jalan panjang dan berliku dari jaman kolonial hingga jaman kontemporer. Lingkungan, sejarah, teknologi, semua telah mempengaruhi dunia ini. Tentu saja, tetap ada yang sama yakni kemanusiaan dengan segala pesonanya dan kecerdikannya, tradisinya serta janjinya.